Jumat, 19 September 2014

Biarkan Aku Berbicara

Tahun demi tahu berlalu...
Banyak orang mulai beralih profesi menjadi petani tebu karena menganggap hal tersebut menguntungkan...
Mengeluarkan biaya modal diawal, dan memetik hasilnya diakahir tahun ketika giling...
Namun, tidak semudah itu semua berjalan...

Sekarang, setelah sekian tahun berlalu...
Baru kusadari arti lelah diwajah senjanya...
Betapa Ia berusaha keras mendapatkan hasil terbaik untuk kami...
Katika harga gula jatuh, seperti tahun ini...
Gurat lelah itu semakin tampak diwajah senjanya...
Para petani banyak yang menangis, karena hasil giling atau penjualan tebunya tidak bisa menutupi biaya produksinya...
Jangan hanya memandang petani yang memiliki lahan sendiri, tengoklah mereka yang tidak memiliki lahan namun berusaha menanam tebu dengan harapan di akhir tahun dapat menikmati hasilnya...
Namun, harapan hanya tinggal harapan...
Ketika harga gula jatuh...
Sangat jatuh...
Hingga tak bisa menutupi biaya produksinya...
Biaya penanaman...
Biaya pemupukan...
Biaya pengairan...
Biaya perawatan...
Hingga biaya tebang angkut...
Jangan lupakan juga biaya kehidupan sehari-hari yang selama ini didapatkan dengan cara hutang, pinjaman, atau kredit usaha dari bermitra yang harus segera dilunasi ketika musim giling tiba...
Aku mengingat momen ketika diriku masih kecil...
Wajah senjanya ikut lelah, namun semangatnya untuk menggerakkan pemerintah agar membela mereka melalui unjuk rasa tak membuatnya urung berangkat menuju Ibu Kota Negara Indonesia...
Tuhan...
Aku tidak mengeluh ketika melihat wajah senjanya itu semakin lelah, ketika harga gula jatuh seperti ini tahun ini...
Aku tidak mengeluh ketika mengetahui kenyataan yang ada dilapang, dimana aku melihat dengan mata kepalaku sendiri keadaan perdagangan gula negeri ini, karena sejujurnya aku kurang memahaminya...
Aku juga tidak mengeluh ketika uang sakuku berkurang karena keadaan ini...
Namun Tuhan...
Aku merasa kasihan kepada mereka...
Mereka yang menjadi petani tebu negeri ini, namun tidak mendapatkan perhatian negeri ini...
Banyak dalih yang digunakan...
Seperti...
Mereka lebih fokus pada pertahanan pangan komoditas pangan utama negeri ini, Padi...
Seperti...
Jumlah Petani tebu tidak sebanding dengan jumlah petani padi...
Duhai Tuhan ku yang pemurah...
Engkau lebih tahu bahwa mereka, yang mengimpor gula rafinasi lebih sedikit dari pada jumlah petani tebu...
Engkau lebih tahu bahwa mereka, tidak bekerja lebih keras dari pada para petani tebu yang merawat tebunya sejak bibit hingga siap giling... seperti merawat anak mereka yang baru lahir hingga dewasa...
Engkau lebih tahu bahwa mereka, tidak bisa berkompromi dan tenggangrasa kepada para petani yang lemah karena tak memiliki koneksi dan kekuatan bersuara tentang kesakitan mereka...
mereka dan Mereka...
Aku tidak tahu bagaimana keduanya bisa mengabaikan kami yang lemah ini...
Seakan bumi ini hanya milik mereka dan dapat mereka perah dan ambil sarinya sesuka mereka tanpa memikirkan kami yang bersusah payah...
mereka yang tidak memikirkan kami ketika terus mengimpor gula rafinasi, yang sebenarnya 'baru setengah jadi dan tidak sehat' karena belum sempurna...
Melupakan perjanjian yang telah disepakati tentang waktu impor yang seharusnya berhenti ketika musim giling tiba...
Dan Mereka yang entah bagaimana tampak kurang tanggap terhadap kami...
Padahal mereka terpilih untuk membela kami...
Aku bersuara bukan karena mengeluh atau marah...
Namun karena aku ingin mereka mendengar, melihat, mengamati dan merasakan apa yang telah terjadi kepada kami...
Aku hanya ingin mereka bisa membaca cakrawala, dimana kami pun ada dan tidak hanya mereka...
Aku hanya ingin mereka bisa bertindak lebih bijak...
Ketika kami berusaha...
Ketika kami berjuang...
Bukan hanya untuk kehidupan, namun juga kemerdekaan...
Kemerdekaan Negeri kita yang sebenarnya belum ada...
Karena Kemerdekaan bukan hanya dari bagaimana kita hidup bebas...
Namun Kemerdekaan adalah ketika kita telah terbebas...
Dari bayang-bayang Bangsa lain yang tanpa terasa tak kasat mata telah membuat kita terlena hingga terlupa...
Bahwa kita masih bergantung pada mereka...
Karenanya...

Mari berjuang untuk Indonesia...
Untuk Bangsa dan Negara...
Serta untuk diri kita yang Merdeka...



Malang, 19 September 2014
Dibawah gelap malam dan dinginnya Malang...
Menatap asap putih mengepul dari cerobong merah putih dan desingan mesin...
Menatap dunia dengan cara yang berbeda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar